Yos 24:15, Kis 5:1-11
Keluarga adalah lembaga yang sangat
penting di hadapan Tuhan. Tuhan tidak menetapkan manusia sebagai single
fighter dalam hidupnya, itu sebabnya Dia menciptakan keluarga sebagai
mitra Allah untuk mengusahakan dan memelihara ciptaanNya, Kej 2:15.
Keluarga juga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, sehingga dapat
dikatakan inti dari masyarakat ialah keluarga dan inti dari keluarga
ialah suami isteri. Anak, menantu, dan cucu adalah berkat yang Tuhan
tambahkan.
Keluarga juga menjadi tempat pembelajaran yang pertama
dan yang terutama. Seorang anak belajar berbicara dimulai di rumah.
Nilai-nilai yang kita miliki sampai saat ini besar hubungannya dengan
nilai-nilai yang telah kita terima dari orangtua sejak masa kecil sampai
dewasa.
Keberadaan satu keluarga sangat ditentukan oleh suami
isteri. Suami isteri yang cinta Tuhan pasti akan mendidik anak-anaknya
untuk mencintai Tuhan, sehingga lahirlah keluarga-keluarga yang
mengasihi Tuhan. Sebaliknya suami isteri yang jahat, tidak akan
memperhatikan masalah-masalah rohani, melainkan hanya berfokus kepada
uang. Jika ini yang terjadi maka segala cara akan dilakukan demi
memperoleh uang. Cara hidup keluarga seperti ini, akan melahirkan
keluarga-keluarga yang jahat.
Agar dapat membedakan keluarga
yang cinta Tuhan dan keluarga yang cinta uang, maka perhatikanlah
ciri-ciri dari kedua jenis keluarga seperti berikut ini:
I. Keluarga yang Cinta Tuhan
1. Hidupnya Berfokus Kepada Tuhan
Hidup
yang berfokus kepada Tuhan bukan berarti tidak melakukan apa-apa,
tetapi tetap melakukan kegiatan dan aktifitas sehari-hari seperti
biasanya. Hanya perbedaannya ketika melakukan apa saja, dilakukan untuk
Tuhan.
“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau
perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil
mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:17, 23)
2. Hidupnya Untuk Kemuliaan Tuhan
Seluruh
aktifitas kehidupannya dilakukan dengan tujuan yang mulia yakni
semuanya untuk kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Pekerjaannya digunakan
untuk memuliakan Tuhan. Seluruh materi dan fasilitas yang dimiliki
semuanya digunakan demi kebesaran Tuhan. Bahkan setiap kemampuan yang
dimiliki, disadari penuh semuanya berasal dari Tuhan, karena itu harus
dikembalikan untuk kemuliaan namaNya. Setiap kepercayaan, promosi,
posisi, jabatan, fasilitas, semuanya hanya untuk kemuliaan Tuhan. (Roma
11:36)
3. Hidupnya Menjadi Saluran Berkat
Dengan kesadaran
penuh bahwa semua fasilitas yang dimiliki berasal dari Tuhan, maka ia
juga dengan sukacita menjadi saluran berkat. Menjadi saluran berkat
memiliki pengertian yang sangat luas.
Pengertian berkat di sini
tidak terbatas hanya dalam pengertian materi, tetapi juga bersifat
rohani. Menjadi saluran berkat, bukan untuk memperoleh berkat yang lebih
besar, tetapi karena sudah memperoleh berkat yang luar biasa dari
Tuhan. Berkat terbesar bukan berkat materi, tetapi berkat keselamatan
yang pasti di dalam Tuhan Yesus. (Yoh 1:12; 3:16, 1 Yoh 5:11-12).
Maka
dengan sukacita ia memberikan persembahan persepuluhan, persembahan
syukur, persembahan diakonia, persembahan misi, dan lain-lain.
• Memberi adalah satu kehormatan, bukan keterpaksaan.
•
Memberi tidak selalu karena berlebihan, tetapi menjadi saluran berkat
di waktu kekurangan memiliki nilai dan bobot yang paling mulia.
Ingat persembahan janda miskin yang dipuji Tuhan Yesus, bukan orang kaya yang memberi dari kelebihannya.
4. Hidupnya Dinikmati dengan Sukacita
Kehidupan
yang berfokus kepada Tuhan, adalah kehidupan yang digunakan untuk
kemuliaan Tuhan dan menjadi saluran berkat akan berkelimpahan dengan
sukacita. Menikmati adalah salah satu karunia dari Tuhan, pemberianNya
bagi umat Tuhan yang hidupnya berkenan kepadaNya.
“Orang yang
dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak
kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai
kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang
menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.”
(Pengkhotbah 6:2). Ada banyak orang memiliki banyak harta, tetapi tidak
memiliki karunia untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang yang
sederhana, tetapi beroleh karunia untuk menikmati.
5. Hidup dengan Tubuh yang Lebih Sehat
Tubuh
yang sehat bukanlah tujuan, tetapi merupakan sarana untuk lebih
memuliakan Tuhan. Tubuh yang sehat berawal dari kehidupan dan pola hidup
yang benar. Pola hidup yang benar mencakup keseimbangan kehidupan roh,
jiwa dan tubuh, 1 Tes 5:23. Keseimbangan dalam tiga area ini akan
menghasilkan Roh yang perkasa, jiwa yang tenang dan tubuh yang sehat.
II. Ciri-ciri Keluarga yang Cinta Uang
1. Fokus Kepada Uang
Semua
kegiatan, pekerjaan, kepandaian dan kekuatan yang dimiliki seluruhnya
digunakan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Prinsipnya:
“semakin banyak uang semakin bahagia.”
• Pikirannya selalu dikusai oleh uang.
• Menilai orang lain pun dari sisi uang.
• Kadangkala cara untuk memperoleh uang tidak terlalu dipermasalahkan, walaupun bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran.
Yang terpenting mendapat dan memiliki uang sebanyak-banyaknya.
Ingat kisah Ananias dan Safira yang mendustai Tuhan melalui hambaNya, dan akhirnya mati seketika. (Kis. 5:1-11)
2. Memuaskan Keinginannya Sendiri
Semua
keberadaan kehidupannya digunakan untuk mencapai kepuasan dirinya
sendiri. Uang, fasilitas, kemampuan, kesempatan yang diperoleh dan
dikumpulkan semuanya hanya untuk memuaskan keinginannya. Keinginan
memuaskan diri sendiri ini melahirkan keluarga-keluarga yang egois.
3. Mengumpulkan Harta / Berkat Sebanyak-banyaknya
Kehidupan
yang dipusatkan kepada diri sendiri, tidak akan pernah sampai dititik
kepuasan. Usaha yang keras dan maksimal dilakukan tanpa henti untuk
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Waktu untuk bekerja demi
mengumpulkan uang merupakan prioritas utama dan yang pertama dalam
kehidupannya. Keluarga menjadi terlantar, tidak terkontrol, dan
anak-anak tidak memiliki waktu yang cukup dengan orang tua. Keadaan ini
melahirkan keluarga yang rapuh, pecah dan berantakan.
4. Tidak Dapat Menikmati Hidup
Hidup
di luar Tuhan memang tidak dapat dinikmati. Jikalau kehidupan hanya
difokuskan kepada uang dan pekerjaan, tidak ada waktu untuk Tuhan, maka
hasilnya hanya kuatir, gelisah dan ketakutan. Seberapa banyakpun uang
yang dimiliki tanpa Tuhan menghasilkan hidup yang tidak tenang.
5. Lebih Sering Sakit
Kekuatiran,
kegelisahan dan ketakutan merupakan sumber penyakit yang sangat dominan
pada hari-hari terakhir ini. Ditambah pula dengan gaya hidup yang tidak
benar, pola makan yang salah, membuat kehidupan sangat rentan dengan
sakit penyakit.
Fokus kepada Tuhan atau fokus kepada uang adalah pilihan.
• Kaya bukanlah tujuan, tetapi akibat dari mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Mat 6:33.
• Memiliki uang tidaklah salah, tetapi yang dilarang Tuhan janganlah cinta uang. 1 Tim 6:10.
Pilihlah hari ini untuk fokus kepada Tuhan, maka hidupmu pasti diberkati, janganlah fokus kepada uang.
“Tetapi
jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada
hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek
moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang
negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15).
Postingan Terkait Lainnya :
0 Responses so far.
Post a Comment